A.
Definisi
dan
Prinsip Susu
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah sebuah proses
pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme
merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang,
dan khamir. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang
ilmuwan Perancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur
dan Claude Bernard pada 20 April 1862.
Pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh
seluruh mikro-organisme di makanan. Pasteurisasi bertujuan untuk
mencapai “pengurangan log” dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah
mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang
telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa). Prinsip
pasteurisasi itu sendiri ialah untuk membunuh mikroba yang ada dalam zat
makanan dan juga mampu merusak enzim yang mempercepat penurun kualitas susu
sehingga susu aman dikonsumsi dan mampu bertahan lebih lama. Pada proses ini
juga bertujuan untuk mempertahankan cita rasa susu itu sendiri. Namun memang
pada proses pasteurisasi ini hanya mampu membunuh mikroba patogennya namun
tidak dengan spora-sporanya, jadi masih ada spora-spora bakteri yang sudah
terbunuh dalam proses ini.
B.
Proses
Pasteurisasi
Proses Pasteurisasi terbagi oleh dua
macam pemanasan yang bergantung pada suhu dan waktu pemanasannya, yaitu :
1.
LTLT (Low Temperature, Long Time), pada proses ini susu dipanaskan pada suhu 63°
C selama 30 menit.
2.
HTST (High Temperature, Short Time), pada proses ini susu dipanaskan pada suhu
73° C selama 16 detik.
3. UHT (Ultra High Temperature) pasteurisasi merupakan proses pasteurisasi yang
dilakukan pada temperatur sangat tinggi dan waktu sangat singkat, yaitu pada
temperatur 131 – 150 °C selama 0,5 – 1 detik.
Setelah proses pemanasan selesai dilakukan, dilanjutkan proses pendinginan yang berfungsi untuk menghambat mikroba yang tahan akan proses pemanasan sebelumnya. Cara penyimpanan susu pasteurisasi juga hendaknya disimpan dalam keadaan suhu rendah agar mampu menoptimumkan umur simpannya. Karena jika disimpan dalam suhu ruang mampu mempercepat kerusakan pada susu pasteurisasi ini.
Setelah proses pemanasan selesai dilakukan, dilanjutkan proses pendinginan yang berfungsi untuk menghambat mikroba yang tahan akan proses pemanasan sebelumnya. Cara penyimpanan susu pasteurisasi juga hendaknya disimpan dalam keadaan suhu rendah agar mampu menoptimumkan umur simpannya. Karena jika disimpan dalam suhu ruang mampu mempercepat kerusakan pada susu pasteurisasi ini.
C.
Tahap
– Tahap Pasteurisasi
Proses pembuatan susu pasteurisasi
terdiri dari beberapa tahap dan setiap tahap mempunyai tujuan tertentu yaitu
mendapatkan produk berkualitas. Adapun tahap-tahap pengolahannya meliputi :
1. Tahap Penerimaan. Susu dikirim dari
peternakan dengan menggunakan milkcan kemudian disimpan di freezer untuk
mendinginkan susu sampai dengan suhu 4°C. Pada tahap penerimaan dilakukan
pemeriksaan fisik.
2. Tahap Pemanasan. Pada tahap pemanasan
yaitu susu dituang ke alat utama proses pasteurisasi yaitu Plate Heat Exchanger
(PHE) untuk memanaskan susu hingga mencapai suhu 65°C selama 30 menit.
3. Tahap Pendinginan. Setelah dipanaskan,
susu kemudian dituang ke milkcan/anic yang dilanjutkan dengan tahap pendinginan
dengan merendam milkcan/anic berisi susu tersebut ke dalam air es hingga suhu
mencapai 10°C dan siap untuk dikemas.
4. Sanitasi. Peralatan dalam proses
pengolahan susu harus dijaga dalam keadaan bersih. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kualitas susu sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Adapun
proses sanitasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Membilas peralatan dengan air hingga
sisa-sisa susu hilang.
b. Mencuci dengan air sabun hangat atau
menggunakan air panas dan larutan chloor/klorin , disikat kemudian dibilas.
c. Merendam dengan air mendidih selama 2
– 3 menit atau diuapkan selama 30 detik.
d. Menyimpan peralatan di ruangan yang
tertutup dan bersih sebelum digunakan.
D.
Pengaruh
Pasteurisasi Terhadap Kualitas Susu
Susu pasteurisasi baik dengan metode
HTST maupun LTLT masih baik dikonsumsi sampai umur penyimpanan 15-21 jam pada
suhu penyimpanan 27,5°C (suhu kamar). Kadar air susu pasteurisasi tidak
dipengaruhi oleh metode pasteurisasi, tapi dipengaruhi oleh lama waktu
penyimpanan. Kadar lemak susu tidak dipengaruhi oleh lama penyimpanan pada
metode pasteurisasi LTLT, tetapi dipengaruhi pada metode HTST. Masa simpan susu
lebih lama pada pasteurisasi dengan HTST, namun kadar protein lebih tinggi pada
pasteurisasi dengan LTLT (suhu 65°C).
II.SUSU
STERILISASI
A.
Definisi
Susu Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau
benda dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi susu
adalah proses pengawetan susu yang dilakukan dengan cara memanaskan susu sampai
mencapai suhu di atas titik didih. Sterilisasi
merupakan proses membunuh semua organisme
beserta sporanya serta mencegah organisme tersebut agar tidak kembali hidup. Sterilisasi bertujuan untuk pemusnahan
atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat
resisten. Cara sterilisasi susu memerlukan peralatan khusus dengan biaya yang
relatif mahal. Oleh karena itu sterilisasi susu umumnya dilakukan oleh Industri
Pengolahan Susu (IPS).
B.
Prinsip
Sterilisasi
Prinsip sterilisasi itu sendiri ialah
untuk membunuh seluruh mikroba dan spora yang ada dalam zat makanan dan juga
mampu merusak hampir keseluruhan dari zat nutrisi yang terkandung dalam
susu.Pada proses ini susu memiliki jangka waktu simpan yang lebih lama
dibandingkan dengan susu pasteurisasi. Namun kerusakan nutrisi yang di timulkan
sangat tinggi karena proses pemanasan pada suhu tinggi dan cukup lama.
C.
Metode Sterilisasi
A. Metode sterilisasi panas
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan autoklaf atau pemanasan kering dengan oven. Sterilisasi uap tekanan tinggi :
metode sterilisasi yang efektif untuk mensterilkan instrumen dan alat- alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Sterilisasi panas kering (oven ) :
membutuhkan listrik terus-menerus, kurang efektif di daerah terpencil,digunakan pada benda-benda gelas atau logam,karena akan melelehkan bahan lainnya.
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan autoklaf atau pemanasan kering dengan oven. Sterilisasi uap tekanan tinggi :
metode sterilisasi yang efektif untuk mensterilkan instrumen dan alat- alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Sterilisasi panas kering (oven ) :
membutuhkan listrik terus-menerus, kurang efektif di daerah terpencil,digunakan pada benda-benda gelas atau logam,karena akan melelehkan bahan lainnya.
B. Sterilisasi dengan cara
penguapan
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena 2 alasan yaitu :
Pertama,uap pekat adalah sebuah kendaraan energi termal yang sangat efektif. Kedua,uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme bersifat protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh uap,sehingga terjadi koagulasi pada bagian mikroorganisme yang sensitif.
Kelebihan : paling efektif,waktu sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia.
Kekurangan : membutuhkan sumber panas yang terus-menerus, membutuhkan peralatan yang butuh perawatan serius, bahan plastik tidak tahan suhu tinggi.
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena 2 alasan yaitu :
Pertama,uap pekat adalah sebuah kendaraan energi termal yang sangat efektif. Kedua,uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme bersifat protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh uap,sehingga terjadi koagulasi pada bagian mikroorganisme yang sensitif.
Kelebihan : paling efektif,waktu sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia.
Kekurangan : membutuhkan sumber panas yang terus-menerus, membutuhkan peralatan yang butuh perawatan serius, bahan plastik tidak tahan suhu tinggi.
C. Sterilisasi kimia
Digunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak objek tersebut atau peralatan tidak tersedia.
Kelebihan : larutan glutyaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah dinonaktifkan oleh materi organik, kedua larutan ini digunakan untuk instrumen yang tidak tahan sterilisasi panas ,seperti leparoskop
Kekurangan : glutaraldehid mahal harganya. Formaldehid tidak dapat dicampur dengan clorin karena memproduksi gas berbahaya.
Digunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak objek tersebut atau peralatan tidak tersedia.
Kelebihan : larutan glutyaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah dinonaktifkan oleh materi organik, kedua larutan ini digunakan untuk instrumen yang tidak tahan sterilisasi panas ,seperti leparoskop
Kekurangan : glutaraldehid mahal harganya. Formaldehid tidak dapat dicampur dengan clorin karena memproduksi gas berbahaya.
D.
Tahap
– Tahap Sterlisasi
Proses pembuatan susu sterilisasi
terdiri dari beberapa tahap dan setiap tahap mempunyai tujuan tertentu yaitu
mendapatkan produk berkualitas. Adapun tahap-tahap pengolahannya meliputi :
Sterilisasi dilakukan menggunakan
sistem Ultra High Temperature (UHT) dengan cara menyemprotkan
atau menginjeksikan steam (Direct Steam Injection/ DSI ) ke dalam
campuran susu yang bergerak dalam suatu tabung sterilisasi. Proses DSI terdiri
dari dua tahap, yaitu DSI I, susu dipanaskan pada suhu 85 oC
selama 4 detik, kemudian dilanjutkan dengan DSI II susu dipanaskan pada suhu
120 oC selama 1 detik. Sterilisasi dilakukan dengan dua tahap
untuk mencegah denaturasi dan menghindari terjadinya browning.
E.
Pengaruh
Sterilisasi Terhadap Kualitas Susu
1.
Pengaruh pada Protein
Proses pengolahan dengan pemanasan
seperti dalam pasteurisasi, sterilisasi, pemekatan, dan pengeringan dapat
mengubah struktur 2°,3°, 4°, atau mengubah 1° protein. Pengaruh pertama, yang
menyebabkan pembukaan lipatan protein, sebenarnya dapat meningkatkan nilai hayati
protein karena ikatan peptida menjadi lebih dapat dimasuki oleh enzim pencerna.
Akan tetapi, modifikasi struktur 1° dapat menurunkan kedapatcernaan
(digestibility) dan menghasilkan residu yang tidak terdapat secara hayati.
Misalnya, perlakuan panas pada susu dapat menyebabkan eliminasi-betha residu
sistinil dan fosfoseril membentuk dehidroalanina yang mudah bereaksi dengan
residu lisil mengahsilkan tautan silang lisinoalanina. Pertautan silang
menurunkan digestibility protein. Lebih jauh, karena nilai nutrisi protein susu
dibatasi oleh kadar asam amino belerang yang rendah, perubahan seperti ini
tergolong penting. Untunglah, pasteurisasi atau proses UHT tidak menyebabkan
pembentukan residu lisinoalanil yang berarti, namun sterilisasi dalam kaleng
atau pendidihan menghasilkan residu lisinoalanil.
Perlakuan panas yang lembut sekalipun
menginisiasi reaksi Maillard, membentuk laktulosa-lisina dan senyawaan lain
yang mengurangi jumlah lisina yang tersedia. Hilangnya lisina-tersedia tidak
berarti selama pasteurisasi (1-2%) atau sterilisasi UHT (2-4%), namun perlakuan
yang lebih hebat seperti pemekatan pada suhu tinggi atau sterilisasi dalam
kaleng dapat menyebabkan kehilangan >20%. Penyimpanan produk UHT dalam waktu
lama pada suhu >35° C juga dapat mengurangi secara berarti lisina-tersedia.
Karena protein susu mengandung banyak lisina, kehilangan yang kecil tidak
berarti secara nutrisi kecuali apabila produk susu digunakan untuk memampas
diet yang kurang mengandug lisina.
2.
Pengaruh pada Vitamin
Vitamin larut lemak dalam susu seperti
vitamin A (juga karoten), D, dan E serya vitamin larut air, riboflavin, asam
pantotenat, biotin, dan asam nikotinat cukup stabil. Karena itu vitamin-vitamin
ini tidak mengalami kehilangan yang terdeteksi selama pasteurisasi atau sterilisasi
UHT. Akan tetapi, tiamin, B6, B12, asam folat dan askorbat (vitamin C) lebih
rentan terhadap panas dan/atau penguraian oksidatif. Vitamin C, B12, dan asam
folat secara khusus rentan terhadap penguraian oksidatif selama proses dan
penyimpanan. Proses oksidasi pertama
dari vitamin C (dehidroaskorbat, memiliki aktivitas vitamin C) sangat peka
terhadap panas, sedangkan askorbat cukup stabil terhadap panas. Karena itu
metode-metode yang mengeluarkan atau menyingkirkan oksigen selama proses dan
kemasan yang meniadakan oksigen selama penyimpanan berperan melindungi
vitamin-vitamin ini.
Secara umum, pasteurisasi dan
sterilisasi UHT menghilangkan lebih sedikit vitamin dibandingkan dengan
perlakuan panas yang hebat seperti sterilisasi dalan kaleng atau pengeringan.
Perhatian khusus diberikan terhadap vitamin B12, karena susu merupakan sumber
penting vitamin ini dalam makanan. Pengetahuan akan penyebab penguraian susu
dan penggunaan metode yang memininumkannya, seperti
pemrosesan-suhu-tinggi-waktu-singkat (HTST) serta dihilangkannya oksigen dan
cahaya selama proses dan penyimpanan di masa depan harus menghasilkan produk
susu yang stabil disimpan, aman secara mikrobiologis, dan hampir tidak berubah
zat-zat gizi awalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu bakar, 2000, Pengaruh
Suhu dan Waktu PasteurisasiTerhadap Mutu Susu Selama
Penyimpanan, Balai Penelitian Ternak, Indonesia.
Penyimpanan, Balai Penelitian Ternak, Indonesia.
Ahmad, 2016, Pengaruh Proses Pengolahan
Susu terhadap Nilai Nutrisi,
https://bisakimia.com/2016/08/07/pengaruh-proses-pengolahan-susu-
terhadap-nilai-nutrisi/(diakses pada Minggu, 11 Juni 2017)
https://bisakimia.com/2016/08/07/pengaruh-proses-pengolahan-susu-
terhadap-nilai-nutrisi/(diakses pada Minggu, 11 Juni 2017)
Carmencita Tjahjadi,Herlina Marta.2008.Pengantar
Teknologi Pngan Volume 1.
Jatinagor: Universitas Padjajaran.
Jatinagor: Universitas Padjajaran.
Ilmu dan Pembelajaran. 2015.http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/04/pasteurisasi-
sterilisasi.html/(diakses pada Minggu, 11 Juni 2017)
sterilisasi.html/(diakses pada Minggu, 11 Juni 2017)
Muchtadi,dkk.2010.Teknologi Proses pengolahan Pangan.Bandung:Alfabeta
Pustaka Pangan, 2013, Teknologi
Sterilisasi Susu,
http://http://pustakapanganku.blogspot.com.au/2012/12/teknologi-sterilisasi-
susu.html(diakses pada Minggu,11 Juni 2017) susu.html(diakses pada
Minggu,11 Juni 2017)
http://http://pustakapanganku.blogspot.com.au/2012/12/teknologi-sterilisasi-
susu.html(diakses pada Minggu,11 Juni 2017) susu.html(diakses pada
Minggu,11 Juni 2017)
Rasyid, 2017, Susu Pasteurisasi, UHT,
Dan Sterilisasi, http:// http://sapi.co.id/susu-
pasteurisasi-uht-dan-sterilisasi/(diakses pada Minggu,11 Juni 2017).
Soeparno. 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat
Antar Universitas pasteurisasi-uht-dan-sterilisasi/(diakses pada Minggu,11 Juni 2017).
Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Steel, R. G. D dan J. H. Torri. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia.
Jakarta.
Sudarwanto S, Lukman DW. 1993. Pemeriksaan Susu dan Produk Olahannya.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suka Jaya, 2011, Susu Kambing Etawa Cair
Lezat dan Bergizi Tinggi,
http://http://suka-jaya.blogspot.com.au/2011/12/pasteurisasi-susu.html.
(diakses pada Minggu,11 Juni 2017).
http://http://suka-jaya.blogspot.com.au/2011/12/pasteurisasi-susu.html.
(diakses pada Minggu,11 Juni 2017).
0 komentar:
Posting Komentar